Friday, February 24, 2006

BELAJAR DARI ST. THERESIA DARI AVILA.

a). St. Theresia dari Avila
St. Theresia dari Avila adalah salah satu dari sekian banya para santa yang terkenal oleh karena hidupnya yang suci. Dia adalah anggota dari kongregasi suster-suster Carmelite. Dia adalah salah satu wanita dalam Gereja yang diberi gelar sebagai doktor atau pujangga Gereja. Gelar ini diberikan oleh karena refleksi, pendapat, ajaran dan kehidupan spiritualnya yang mempunyai pengaruh begitu kuat dalam kehidupan sejarah spiritualitas Gereja Katholik. Dua buku yang membawanya menjadi pujangga Gereja adalah "The Interior of the Castle and The Way of Perfection". Karena dia adalah pujangga Gereja, maka ajarannya juga mempunyai otoritas sebagai ajaran Gereja yang mempunyai efek dalam keseluruhan hidup Gereja. Jadi bukan sekedar monopoli spiritualitas Carmelite. Dari beliaulah kita ingin belajar bagaimana memahami doa secara tepat dan benar.

b). Doa adalah ‘to love’
Seringkali kita membedakan doa dalam dua kategori, yaitu doa verbal atau vokal dan doa batin. Namun bagi Theresia, kedua doa itu mempunyai esensi yang sama, tidak ada perbedaan yang menyolok. Karena esensi atau hakekatnya adalah membawa manusia masuk dalam hubungan yang dekat dengan Allah yang dicintainya. Lalu apa itu doa menurut St. Theresia?
Doa, bagi Theresia adalah "in my view, is nothing but friendly meeting and frequent solitary converse with Him who we know love us". Dasar utama doa adalah cinta, maka bagi Theresia doa adalah 'to love'. Tuhan adalah kasih, dia sungguh Teman bagi semua manusia, dia mencintai manusia lebih dari segala ciptaan. Tuhan yang demikian adalah Tuhan yang dekat, bukan Tuhan yang tidak jauh. Tuhan yang hadir secara nyata dalam dalam kehidupan manusia, dalam perjuangan hidup, dalam suka dan duka. Berdoa adalah bertemu dengan teman yang kita tahu sungguh mencintai kita. Karena kita bertemu dengan "yang mencintai' kita, maka pertemuan ini adalah pertemuan antara dua pribadi yang akrab. Maka tidak ada formalitas, tidak perlu ada seremoni, acara, bahkan tidak perlu ada metodenya. Kita juga tidak perlu berpikir, selain hanya memandang dia dengan penuh cinta. Doa bukan berbicara tentang Tuhan, tetapi membiarkan Tuhan berbicara dengan kita. Bayangkan dan rasanya, bagaimana perasaan anda, setelah sekian lama tidak pernah bertemu dengan orang yang anda tahu sangat mencintai anda, dan anda pun sungguh mencintai, lalu bertemu!!. Tidak banyak kata terucap, semua akan terungkap dalam tindakan kasih yang anda berdua sendiri pahami. Kerinduan yang besar untuk bertemu, terpuaskan dan memberikan rasa kebahagiaan dan kedamaian yang luar biasa. Rasa aman, tentram dan bersatu hati, segala rasa kesendirian, bosa dan putus asa menjadi sirna. Pengalaman bertemu dan bersatu dengan yang dicintai sunggh menyentuh sampai pada essensi hidup manusia seluruhnya.

c) Tuhan yang mencintai
Manusia modern sekarang ini, sering terjebak pada satu pengertian bahwa doa adalah permohonan belaka (petition or intercession). Padahal yang sebenarnya permohonan itu hanyalah sebagain kecil dari seluruh aspek doa yang adalah ungkapan Cinta. Maka pertanyaan apakah doa itu berguna, apa manfaat dari doa lebih berpijak bahwa pemahaman bahwa doa itu adalah permohonan. Maka kalau doa itu bisa memenuhi permohonan saya, mengabulkan permintaan saya, maka doa itu berguna. Kalau ternyata sebaliknya, maka doa menjadi tidak berguna dan kita pun tidak perlu berdoa. Karena tidak ada manfaatnya.
Bagaimana kita tahu bahwa Tuhan sungguh mencintai kita? Jawabannya adalah melalui iman. Lewat ciptaan dan segala isinya kita bisa mengetahui bahwa Tuhan sungguh mencintai kita. Melalui kenyataan hidup yang kita alami setiap hari, baik peristiwa yang kecil dan sepele sampai yang terbesar. Melalui sesama yang kita jumpai, Tuhan pun hadir dan menunjukkan kasihNya. Akhirnya kita tahu bahwa Tuhan sungguh mencintai kita melalui Jesus Kristus. Peristiwa Jesus adalah fenomena Allah yang mencintai manusia. Dari kelahiranNya hingga kebangkitanNya adalah tanda bukti kasih dan kepenuhan janjiNya.
Jadi kata kunci di sini adalah 'cinta'. Kata dengan lima huruf yang mempunyai daya luar biasa, karena cinta mampu mengubah segalanya. Masalahnya bahwa bertindak mencintai itu tidaklah semudah mengatakan. Jesus sendiri mengajarkan dan sekaligus melaksanakan. St. Paulus menjabarkan lebih lanjut. Maka untuk sungguh mengerti doa adalah 'to love', renungkan pengalaman anda dicintai dan mencintai. Bila anda sungguh mampu merasakan 'cinta manusiawi' yang anda alami, bawa pengalaman itu kepada tingkat yang lebih tinggi, yakni hubungan anda dengan Allah anda. Pertemuan penuh cinta dengan Dia yang anda tahu mencintaimu, disitulah doa terjadi. Kesadaran anda melihat kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin sederhana sekali sudah merupakan ungkapan doa.
Lebih lanjut St. Theresa memberikan contoh kepada kita, bagaimana pertemuan penuh kasih ini sungguh bisa menjadi 'second habit' kita dan akhirnya membuahkan hasil dalam kehidupan sehari-hari.

Rm. Teja Anthara SCJ

0 Comments:

Post a Comment

<< Home