Tuesday, February 28, 2006

DOA ADALAH... [3]

7. Memohon
Kebanyakan orang, memohon adalah satu-satunya bentuk doa yang mereka lakukan. Mereka datang kepada Tuhan dengan iman dan keyakinan, dan memohon kepadaNya bagi kebutuhan mereka, baik secara material maupun spiritual, terutama lebih erat kaitannya dengan bagian kedua dari doa 'Bapa kami", yakni berilah kami rejeki, pengampunan, bimbingan, perlindungan dan damai. Permohonan ini mempunyai dasarnya yang kuat, karena Jesus sendiri memberikan keyakinan kepada kita bahwa "mintalah maka kamu akan diberi, carilah maka kamu akan mendapat, ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu" (Mat 7:7). Dalam Injil kita sering menemukan Jesus yang berkali-kali menjawab dan mengabulkan permohonan mereka yang membutuhkan dan membawa mereka kepada kegembiraan dan kehidupan yang baru. Misalnya Bartolomeus, si lahir but itu berteriak "Jesus, anak Daud, kasilahanilah kami" (Mark 10:48). "Selamatkanlah kami Tuhan, karena kami akan binasa" teriak para murid ketika mengalami badai taufan di tengah danau Genesareth (Mat 8:25) dan akhirnya permintaan perwira Romawi di Capernaum yang memohon Jesus datang ke rumahnya "Datanglah ke rumah kami, sebelum si anak itu mati" (John 4:49)
Walaupun permohonan sepertinya datang secara natural atau mungkin spontan, namun ini seringkali mengandung bahaya, karena kita memberikan kepada orang lain kebebasan untuk menjawab 'ya' atau tidak' atas permohonan, sementara kita menunggu jawaban dengan diam dan tak menentu. Dalam bukunya "Open our Hearts" Huub Oosterhuis memberikan komentar ini:
"Memohon adalah lawan kata dari menuntut dan juga lawan kata dari melarikan diri. Setiap orang yang meminta membuka dirinya terhadap berbagai macam kemungkinan. Ia membuat dirinya tergantung, tetapi pada saat yang sama menempatkan dirinya di dalam situasi ketergantungan tanpa malu, dan berkata; Ini saya, saya tidak lebih dari pada ini, dan inilah yang saya harapkan"
Seseorang berdoa memohon kesembuhan dari sakitnya. Ia berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan lebih dekat dalam penderitaan, memberikan ketabahan dan menjadi teman dalam kegelisahan hatinya. Dengan kesadaran ini 'arti' dari sakitnya menjadi berubah dalam doanya, paling tidak nampaknya berubaha. Dia sendiri juga berubah, ia lebih berani menghadapi ketakutan dan penderitaannya. Mungkin dia tidak sembuh, atau bahkan mati, tetapi kematiannya menjadi lain dan mempunyai arti.
Berdoa adalah memohon ini dan itu atau memohonkan bagi orang lain. Dan seringkali kita mendapatkan apa yang mungkin tidak kita minta, yakni 'kekuatan' untuk menerima. Tanpa kekuatan ini mungkin apa yang kita minta tidak akan diberikan. Dan 'kekuatan' dalam doa ini dalam Kitab Suci disebut 'Roh Kudus'. "Tidakkah Bapamu yang di surga akan memberikan Roh Kudus bagi mereka yang memintanya?" (Luk 11:13)
Dari pengalaman banyak orang yang berjiarah ke tempat suci, misalnya Lourder atau di India Vailankanni, atau terlibat dalam pertemuan doa atau penyembuhan, biasanya mereka membawa intensi terntentu. Mungkin mereka memohon kesembuhan bagi pribadinya atau orang yang dicintai. Mungkin banyak diantara mereka yang merasa bahwa doa permohonannya sungguh tidak dikabulkan. Walaupun hal ini terjadi, kebanyakan mereka mengalami dan merasakan lebih dikuatkan keyakinannya, mengalami kekuatan batin dan lebih pasrah dalam damai.
Louis mengungkapkan pengalaman yang hampir sama; "setiap orang yang berdoa, memulainya dengan memohon sesuatu yang ia perlukan, sesuatu yang telah ada di dalam hatinya. Dan ketika dia berdoa dengan sungguh-sungguh, dan pada saat yang sama ia selesai, hatinya akan mengalami suatu suasana lain, ia tidak berpikir apa yang ada di dalam hatinya semata, tetapi berpikir pada Dia yang diharapkan mendengarkan dan mengabulkan pemohonan yang datang fari hatinya itu"

Doa:
Tuhan yang hidup dan penuh kasih, Engkau mengetahui apa yang kami butuhkan, bahkan sebelum kami mengungkapkan dan meminta.
Berilah kepada kami hati seperti hati anak kecil yang mampu menempatkan diri kami dengan penuh kepercayaan dihadapanmu atas segala kebutuhan kami dan sesama kami.
Berilah kepada kami tanggung-jawab - kesediaan untuk berkembang dan tubuh dalam kesedian batin yang penuh yang memberi arti bagi doa kami dan mampu memberikan arah bagi hidup kami. Amin.

8. Persembahan
"Biarlah doaku melambung dihadapanMu bagaikan dupa; tanganku terangkat bagaikan persembahan petang" (Maz 141).
Dalam segala macam agama yang ada didunia ini, persembahan adalah salah satu cara untuk mengungkapkan hubungan antara seseorang dengan Tuhannya. Baik secara individual maupun dalam kelompok mempersembahkan persembahan seperti misalnya hasil bumi, panen pertama, sebagai ungkapan puji syukur kepada Tuhan merupakan hal yang biasa. Bangsa Jahudi dan juga bangsa lainnya sejak jaman dulu sudah menjalankan praktek persembahan ini dengan mempersembahkan korban binatang. Obyek persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan menjadi suci, dan hanya diperuntukkan bagi Tuhan. Tidak boleh dipergunakan untuk tujuan lain, bahkan seringkali dibakar dalam api sampai habis.
Persembahan lahiriah ini merupakan simbol dari persembahan dirinya yang paling dalam yang diperuntukan bagi Tuhan. Dengan persembahan ini kita ingin menghaturkan seluruh milik kita, rasa hormat kita, rasa syukur dan kepasrahan diri dengan memberikan diri kita secara total. Semua ini terungkap dalam berbagai macam cara dan wujud persembahan, khusus sesuatu yang sangat berharga yang kita miliki. Hanya bila jatuh pada praktek yang extrem, maka persembahan menjadi tidak manusiawi dan tidak berharga, misalnya pengorbanan seorang anak untuk memuja dewa-dewi atau Tuhan mereka.
Doa sendiri adalah suatu persembahan, suatu expresi dari keinginan yang paling dasar di dalam hati hati kita untuk menjadi milik Allah sepenuhnya. 'Hati kami diciptakan untukmu dan mereka tidak akan istirahat sampai mereka menemukan damai di dalam diriMu" kata St. Agustinus.
Doa persembahan ini bisa terungkap dalam beberapa cara dan bentuk:
- melalui sikap dan tindakan, misalnya prostasi atau tengkurap (sashthangam), persembahan bunga (pushpanjali), membakar dupa (doopanjali) dan membakar lilin atau menyalakan lampu (deepanjali)
- doa persembahan ini juga bisa terungkap dalam keheningan dan doa batin.
- melalui kata-kata yang muncul dari hati secara spontan dan lewat puisi, nyanyian atau bentuk-bentuk lainnya.
Sebenarnya apa yang menjadi inti pokok dan penting dalam doa persembahan ini. Yakni suatu kesadaran bahwa persembahan ini harus semakin nyata dalam kehidupan kongkrit setiap hari, semakin membuat kita menjadi berkah bagi yang lain, dan inilah persembahan total yang menyenangkan Tuhan. Hal ini juga menjadi jelas dari keyakinan Paulus yang mengatakan bahwa 'persembahan yang sejati adalah hidup konkrit kita setiap hari yang kita persembahan kepada Tuhan' Karena Tuhan tidak menghendak korban persembahan, korban bakaran dan dan ukupan, tetapi yang Tuhan kehendaki adalah hati yang bertobat dan menyesal.
Dibawah ini adalah salah satu contoh doa yang digunakan dalam doa persembahan pagi.
Doa:
Tuhan yang hidup dan penuh kasih, saya persembahkan diriku kepadamu dengan Putramu Jesus dalam Roh KudusNya. Saya persembahkan badan, budi dan jiwa, pikiran, perasaan, keinginan, kata dan perbuatan saya. Kupersembahkan pula masa lampau, sekarang dan yang akan datang, seluruh kegembiraan dan kesengsaraanku, keberhasilan dan kegagalanku, doa dan karya, persaudaraan, keheningan, harapan dan segala cita-citaku, seluruh hidup dan setiap bagian dari diriku.
Kami persembahkan semua ini bersama dengan Bunda Maria, ibuku, St. Yoseph dan semua malaekat dan orang kudus; St. Thomas, St. Fransiskus Asisi, dan orang kudus di negeri ini, bersama orang-orang yang kami cintai dan mereka yang telah mendahului kami menghadap hadiratMu.
Saya menyatukan persembahan ini bersama dengan segenap keluarga, saudara dan sahabat serta teman-teman, sesama dan tetangga dan kenalan kami, orang-orang yang berkerja besama kami dan untuk kami, kepada mereka yang tidak kami sukai, atau mereka tidak menyukai aku. Saya satukan pula persembahan ini bersama dengan setiap orang dan keluarga di seluruh negeriku (India) dan seluruh dunia yang mempunyai begitu banyak perbedaan suku, bangsa, agama, bahasa dan budaya, bersama semua orang yang menderita sengsara, mereka yang miskin, diperlakukan tidak adil dan ditolak, dan bersama semua yang bekerja bagi keadilan dan persaudaran.
Saya juga menggabungkan persembahan kami ini dengan segala ciptaan yang hidup; segala binatang, burung-burung diudara, ikan-ikan, serangga dan segala tumbuhan yang hidup; segala ciptaan yang ada, laut, sungai, gunung dan dataran, semua karya tangan manusia lewat seni, ilmu dan tehnologi, seluruh alam raya, bahkan juga bersama dengan bintang di langit yang tinggi.
Melalui hal-hal duniawi, hidupku, badan dan jiwa, saya kami memuji seluruh ciptaanmu yang mengagumkan, Ya Allahku dan sambil mempersembahkan diriku, saya persembahkan segalanya, sehingga kehendakMu menjadi tergenapi "menyatukan dan membawa segala hal, semuanya di bumi dan disurga, bersama Kristus sebagai kepala" (Ef. 1.10)
Semoga Kerajaan kasih dan kebahagiaan, damai dan keadilan, kebenaran dan kemuliaan, datang kepadaku, diantara semua orang dan dibumi kami ini. Amin.


9. Menaruh Rasa Hormat dan Bakti
Dalam setiap perkembangan menuju hubungan personal yang akrab, saling menghormati adalah hal pokok yang harus ada. Bila dalam relasi personal itu seorang lebih dominan dan mengkotrol yang lain, maka cinta sejati dan hubungan persahabatan yang akrab tidak akan berkembang. Sesama atau teman harus dicintai, dihargai dan dihormati karena mereka mempunyai cara pandangan, keyakinan, cara bertindak dan cara berpikir yang berbeda dengan kita. Kita memberikan kesempatan dan membiarkan sesama kita menjadi dirinya sendiri. Bukan hanya karena toleransi tetapi sungguh memberikan kesempatan mereka tumbuh menjadi dirinya sendiri, yakni dengan menerima secara positif perbedaan yang ada. Rasa hormat kepada sesama ini menimbulkan rasa asih kepada yang lain. Mampu menerima dan menghormati keunikannya serta semakin memahami misteri yang indah dibalik keberadaan setiap pribadi.
Dalam arti yang sama, rasa hormat bakti mempunyai tempat yang penting dalam hubungan kita dengan Allah. Ketika Musa mendekati semak terbakar tapi tidak hangus itu, ia mendengarkan suara yang berseru; "Lepaskan sandalmu, karena tempat dimana kamu berdiri ini adalah suci" (Kel. 3:5). Nabi Jesaya yang diberi karunia bertemu dengan Allah, mengakui bahwa dirinya sebagai 'seorang yang bermulut kotor' tidak layak hadir dihadapan Allah.
Bila doa kita tidak hanya rutinitas acara, kita semesti juga mengalami rasa hormat, bakti dan kagum akan Allah. Kita juga merasakan suatu kuasa kehadiran Allah, antara kesucian Allah dan kedosaan kita, kesetiaan Allah dan kesleboran kita, tak terbatasnya cintaNya dan keterbatasan cinta kita. Rasa bakti yang demikian ini mungkin terungkap lewat tingkah laku seperti merunduk, berlutuk atau tiarap -prostasi. Semestinya semua ini merupakan ungkapan sikap batin yang tulus. Bukan suatu ungkapan rasa takut, tetapi merupakan ungkapan bakti kasih dan penyerahan kepada Tuhan yang penuh cinta dan belas kasih. Cinta mampu menjadi jembatan jarak antara Allah yang terasa jauh dengan manusia yang menerima kehadiranNya dengan penuh percaya.
Hormat bakti kepada Allah sungguh mempunyai artinya bila disertai oleh rasa hormat yang tulus terhadap semua ciptaanNya. Terutama mulai dengan diri kita sendiri, terhadap badan kita, perasaan, keinginan, masa lampauku, kata-kata yang keluar dari mulutkan, dan keberadaan pribadiku saat ini. Dari rasa hormat terhadap diri kita sendiri kita bisa melangkah maju, menaruh rasa hormat terhadap semua ciptaan, benda-benda hidup, bahwa semua benda mati sekalipun.
Dalam jaman modern ini apa yang dianggap penting dan bernilai adalah kedudukan, kekayaan, gelar pendidikan dan warna kulit. Banyak orang yang direndahkan dan diasingkan karena mereka miskin, karena mereka terlalu tua atau karena mereka masih muda. Mereka yang mempunyai kedudukan tinggi diatas memeras dan memperbudak yang dibawah. Secara khusus, diskriminasi karena kasta, ras dan suku membantu kuatnya status quo bertahan dalam masyarakat. Yang kuat menindas yang lemah, segala cara digunakan untuk mempertahankan kedudukan yang nyaman dan enak. Oleh karena itu, perjuangan kita terhadap keadilan dan damai harus berdasar dan berakar pada suatu sikap hormat dan bakti yang mendalam terhadap setiap pribadi manusia sebagai ciptaan yang sangat berharga dimata Allah karena mereka adalah citra dan gambaran Allah.
Berikut ini adalah doa dari Michel Quiest yang mungkin bisa membantu kita mengembangkan rasa hormat bakti kita kepada setiap manusia dan ciptaan, tanda kongkrit rasa hormat bakti yang otentik terhadap Sang Pencipta dan Tuhan atas kita semua.

Doa:
Banyak sesama manusia hidup disekitarku, Tuhan.
Saya mencoba untuk melihat mereka sebagaimana mereka ada, jauh mengatasi sikap senang atau tidak senang, jauh melampau pandanganku dan pandangan mereka, jauh melampau tingkah lakuku dan tingkah laku mereka.
Saya berusaha untuk membiarkan mereka ada dihadapan pandangan mataku sebagaimana mereka ada dalam dirinya sendiri, dan aku tidak mendorong mereka untuk menyerang atau bertahan, bertindak sesuai dengan yang saya harapkan.
Saya berusaha untuk menghormatinya sebagai manusia yang berbeda dari diriku.
Saya berusaha untuk membuat mereka menjadi narapidana, tidak menguasai dia bagi diriku, dan tidak mengajak mereka untuk mengikuti semua kehendaku.
Saya berusaha untuk menjadi sederhana dihadapannya, tidak untuk menghancurkannya, merendahkannya dan memaksanya untuk menaruh hormat padaku.
Saya mencoba untuk melakukan ini semua Tuhan, karena manusia adalah unik, namun mereka kaya akan harta pribadi yang saya tidak bisa memilikinya. Saya adalah orang miskin Tuhan, yang berdiri didepan pintunya, telanjang, memohon, sehingga dari hatinya, O Kristus yang bangkit, saya mampu menangkap sekilas wajahMu yang tersenyum dan mengundangku masuk bersatu dalam persahabatan sejati. Amin.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home